PENGANTAR PSIKOLOGI BISNIS. PBC#3



PSYCHOLOGY CAPITAL AND SELF ANGAGEMENT

  1. Hubungan Pychology Capital and Performance Employee

    Menurut (Husnawati, 2006) sistem yang berlaku di setiap organisasi berkepentingan terhadap kinerja yang dihasilkan oleh karyawan. Kemampuan dalam mengelola SDM merupakan faktor untuk mendapatkan kinerja karyawan yang baik. Tantangan terbesar karyawan dalam organisasi adalah membuat perubahan perilaku dan beradaptasi dengan tujuan organisasi.
                Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam kemampuannya melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan oleh atasan kepadanya. Kinerja karyawan juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dan usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu (Mangkunegara, 2001).

    Psychological Capital (Modal Psikologi) lebih dikenal dengan istilah PsyCap, merupakan gabungan konsep human capital (O’Leary et al, dalam Avolio & Luthans, 2005) dan social capital (Adler & Kwon, 2002, dalam Avolio & Luthans, 2005). Konsep PsyCap dalam level individu, bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan kinerja individu. Dalam level organisasi mendorong organisasi memperoleh keuntungan kompetitif melalui investasi / pengembangan kinerja karyawan (Luthans, & Avolio, 2003: Luthans et al, 2006, dalam Avolio & Luthans, 2005).

    Menurut (Avolio & Luthans, 2005). Kunci utama PsyCap antara lain: (1) didasarkan atas paradigma psikologi positif (pentingnya semangat positif dan kekuatan / daya juang manusia), (2) termasuk di dalamnya keadaan psikologis berdasarkan perilaku organisasi positif, (3) melampaui human capital dan social capital (4) melibatkan investasi dan pengembangan untuk kembali menghasilkan peningkatan kinerja dan menghasilkan keunggulan kompetitif.

    Berbagai teori mendukung tentang Positive Behavior. Teori terbaru dicetuskan oleh Luthans yang dikembangkan menjadi Psychological Capital (PsyCap). Dalam buku dan artikelnya, Luthans membagi PsyCap menjadi empat sikap positif yang disingkat dengan H.E.R.O. Hope, di mana karyawan memiliki harapan untuk berhasil, Self-Efficacy, karyawan memiliki rasa kepercayaan diri, Resilency, ketika dihadapkan kepada masalah karyawan memiliki ketabahan dan mampu menghadapi permasalahan tersebut hingga mencapai sukses, Optimism, karyawan memiliki suatu pengharapan positif tentang keberhasilan saat ini dan masa depan (Avolio, & Luthans, 2007:3, dalam Hidayat ,et al 2009:2).

    Kinerja karyawan yang tinggi sangat ditentukan oleh sikap karyawan. Apabila karyawan mendapat stimuli / rangsangan positif , mampu termotivasi, dan mengembangkan ide-ide inovatif maka kinerja mereka akan memiliki nilai yang tinggi. Ciri-ciri karyawan yang memiliki kinerja baik adalah mereka akan lebih produktif, lebih jarang mangkir / bolos, lebih dapat diandalkan, memiliki loyalitas tinggi, dan berkontribusi dalam mengurangi turn over.

    Hal di atas adalah sebagian kecil dari tanda-tanda kinerja yang tinggi. Banyak penelitian menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja para pekerja. Spencer and Spencer ( 1993) menjelaskan bahwa kinerja seseorang dipengaruhi oleh kompetensi kerjanya, yang dapat diklasifikasikan atas kompetensi teknikal (hard competence atau hard skills) dan kompetensi perilaku (soft competence atau soft skills). Lebih jauh, Spencer menjelaskan bahwa kompetensi seseorang terbentuk dari lima unsur, yaitu motif (motives), watak (traits), konsep diri (self concept), pengetahuan (knowledge), serta keterampilan (hard skills). Kelima unsur kompetensi individu tersebut di atas, membentuk kompetensi kerja seseorang, yang akan menentukan kinerjanya saat bekerja.

    Manfaat yang didapat ketika perusahaan menerapkan ilmu tentang PsyCap adalah : (1) Positive Organizational Outcomes berupa - Work Performance , Work Commitment , Work Satisfaction, dan Positive Organizational Change (2) Negative Organizational Outcomes ditunjukkan dengan Cynism dan Work Absenteeism. (Google). Menurut (Ria, 2011) Baik emosi positif ataupun negatif diperlukan agar karyawan dapat bertahan dari kerasnya dunia bisnis. Keseimbangan antara keduanya diperlukan. Ketika individu terus menerus berada dalam tekanan, ia akan berpikir sempit dan mengenal hanya satu solusi, kehilangan kreativitas dan sulit menyerap hal yang baru. Emosi positif diperlukan untuk memastikan bahwa individu tersebut memiliki kesempatan berpikir kreatif.
     

    2. ANGAGEMENT

    The Civil Service mengatakan bahwa angagement merupakan lebih dari sekedar puas atu tidak nya karywan dan termotivasi atau tidaknya karyawan. Karyawan yang terlibat memiliki rasa keterikatan terhadap pekerjaan dan organisasi mereka. Dengan memiliki rasa keterikatan maka karyawan selalu ingin memberikan hal yang terbaik untuk organisasinya. Dan karyawan yang memiliki engagement cenderung berbicara atau berpendapat positif menganai organisasinya. (Civil Service, 2008)
    NHS melihat bahwa angagement sebagai ukuran bagaimana individu terhubung pada pekerjaan mereka dan mereka memiliki rasa komitmen yang tinggi pada organisasi dan tujuan organisasinya. Individu yang memiliki angagement sangat bersemangat dan antusias terhadap peran mereka di suatu organisasi, mereka mencurahkan waktu dan tenaga mereka dalam mengerjakan pekerjaan. Mereka cenderung tahan terhadap gangguan, cenderung fokus pada suatu hal, dan selalu aktif dalam pekerjaan. (NHS National Workforce Projects, 2007)

     
    3. DAFTAR PUSTAKA


    Liwarto, I., H., & Kurniawan, A. (2015). Hubungan PsyCap dengan Kinerja Karyawan PT. X Bandung. Jurnal Manajemen, Vol.14, No.2.

    Smith, G., R., (2009). Employee Engagement A review of current thinking. UK : Institute for Employment studies.




 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOLOGI BISNIS 2. PB2C#1

PSIKOLOGI UMUM I ( PSIUM1#3)

PSIKOLOGI BISNIS 2. PB2C#2