PENGANTAR PSIKOLOGI BISNIS. PBC#4
ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)
Organizational
citizenship behavior (OCB) adalah
perilaku yang sudah memenuhi persyaratan dari sebuah tugas pekerjaan (tugas
yang tercantum dalam deskripsi pekerjaan) dan biasanya bermanfaat bagi
organisasi.
Menurut
Organ (1997), gagasan mengenai OCB terus berkembang
dari keyakinan mengenai kepuasan kerja mempengaruhi individu dalam membantu
rekan kerja, dan mempertahankan struktur dalam organisasi.
Organ
(1988) mendefinisikan OCB sebagai perilaku individu yang
bebas dari keputusan yang telah dibuat, secara tegas diakui oleh sistem formal
yang mendorong efektifitas organisasi.
McNeely and Meglino (1994) membagi
OCB menjadi 2 :
1. Perilaku
yang membantu karyawan lain (OCBI)
2. Perilaku
yang membantu organisasi (OCBO)
Organ dan Konovsky
(1989) membagi OCB menjadi 2 kategori : yang secara
spesifik diperlukan dan yang tidak diperlukan
.
1. Altruism adalah membantu karyawan lain atau atasan yang
sedang bermasalah (meski tidak diperlukan). Misalnya seperti membantu rekan
kerja yang absen atau memberikan saran untuk memperbaiki masalah.
2. Compliance adalah melakukan sesuatu yang diperlukan dan
mengikuti aturan, misalnya seperti : datang tepat waktu, dan tidak
membuang-buang waktu.
OCB
dapat menjadi aspek penting pada perilaku karyawan yang berkontribusi terhadap
efektivitas organisasi secara menyeluruh. Individu yang tinggi dalam OCB belum
tentu menjadi pekerja terbaik di bidang lain.
MacKenzie, Podsakoff,
dan Fetter (1991) menilai OCB dan kinerja penjualan dari
sales. Mereka menemukan sedikit hubungan antara dua jenis perilaku. Karyawan
yang memiliki catatan penjualan terbaik tidak berbeda dengan karyawan yang
memiliki catatan penjualan yang buruk dalam hal OCB. Karyawan yang memiliki
catatan penjualan yang buruk mungkin mereka telah memberikan kontribusi
terhadap organisasi melalui OCB mereka.
Terdapat 4 item dari
skala OCB :
1. Membantu
atasan dalam hal pekerjaannya.
2. Memiliki
saran yang inovatif untuk memperbaiki
organisasi.
3. Tepat
waktu.
4. Memberikan
pemberitahuan atau alasan terlebih dahulu jika tidak dapat bekerja.
(From
“Cognitive Versus Affective Determinants of Organizational Citizenship
Behavior,” by D. W. Organ and M. Konovsky, 1989, Journal of Applied Psychology, 74, 157–164.)
Podsakoff, MacKenzie, Moorman, and Fetter
(1990) mengembangkan
instrument yang digunakan untuk mengukur 5 dimensi perilaku. Yaitu :
1. Altruism membantu
rekan kerja yang absen (tidak masuk kerja) dan memiliki beban berat. kehadiran merupakan faktor penting dalam
bekerja dan tidak membuang-buang waktu.
2. Conscientiousness kehadiran
merupakan faktor penting dalam bekerja dan tidak membuang-buang waktu.
3. Sportsmanship membutuhkan waktu mengenai hal2 yang kecil,
fokus untuk menghadapi masalah.
4. Courtesy mengambil langkah untuk mencenggah masalah,
menyadari bahwa perilaku akan mempengaruhi pekerjaan.
5. civic virtue menghadari pertemuan yang tidak wajib tapi
dianggap penting, membantu yang terbaik untuk citra organisasi.
KASUS
1
: customer Toko CSN menghargai layanan yang diberikan melalui customer online
yang dimaksud disini adalah kantor perusahaan di Boston. Perusahaan layanan CSN
percaya bahwa karyawan yang memiliki kepuasan kerja akan meningkatkan loyalitas
mereka terhadap customer. CSN mengatakan bahwa customer harus mendapatkan
pelayanan yang terbaik dan CSN mempekerjakan karyawan yang berdedikasi, ramah,
dan siap membantu orang lain. perusahaan membantu membentuk perilaku karyawan
yang positif dan memberikan training kepada karyawan.
Penelitian Empiris mengatakan ketika individu merasa
postif mereka cenderung melakukan OCB, dan ketika individu merasa negatif
mereka cenderung tidak produktif dalam bekerja. (Dalal, Lam, Weiss, Welch,
& Hulin, 2009; Ilies, Scott, & Judge, 2006).
Hoffman,
Blair, Meriac, dan Woehr (2007) mengatakan bahwa OCB
cenderung terjadi ketika karyawan merasa puas dengan kinerja mereka, memiliki
komitmen yang tinggi, diperlakukan secara adil, dan memiliki hubungan yang
baik.
KASUS
II
: Perilaku merupakan elemen penting dalam menilai kinerja pengasuh di panti
jompo dan fasilitas pensiun. Selain hasil tugas individual, pengasuh yang
dimaksud di sini adalah pengasuh yang menghadiri sebuah narapidana di panti
jompo untuk orang tua di Yokohama, Jepang, dinilai mengenai perilaku mereka
seperti membantu orang lain, membangun rasa
peduli dan saling percaya dengan narapidana dan anggota keluarga mereka.
Faktor subjektif ini berkontribusi pada keefektifan panti jompo dan reputasinya
sebagai tempat di mana orang tua diperlakukan dengan cinta dan rasa hormat.
Hubungan antara Kepuasan kerja dan OCB adalah kepuasan kerja merupakan penentu utama OCB.
Artinya karyawan yang memiliki kepuasan kerja pasti cenderung berbicara postif
mengenai organisasi dan cenderung membantu orang lain. ini membuktikan bahwa
kepuasan kerja memiliki hubungan dengan OCB. Karyawan yang memiliki kepuasan
kerja mengapa cenderung memiliki OCB? Karna karyawan yang memiliki OCB tinggi
cenderung merasa rekan kerjanya telah membantu, dan karyawan yang rendah dalam
OCB cenderung merasa bahwa rekan kerjanya tidak membantu.
Karyawan yang memiliki Perceived
organizational support (POS) yang tinggi cenderung memilki OCB yang tinggi,
memilki keterlambatan yang rendah dan memilki pelayanan yang baik. Perceived
organizational support (POS) adalah sejauh mana karyawan percaya bahwa
organisasi menghargai konstribusi, kepedulian, dan kesejahteraan karyawan.
Atasan yang dinilai adil adalah cenderung memiliki
karyawan yang terlibat dalam Organizational Citizenship Behavioral (OCB).
Karyawan tersebut lebih terorganisasi dan lebih perhatian kepada atasan yang
mempunyai masalah.
Kaplan,
Bradley, Luchman, and Haynes (2009) dalam meta-analisis
yang mereka lakukan menemukan bahwa tingkat OCB yang tinggi di hubungkan dengan
efektivitas yang negatif (cenderung memiliki emosi negatif) dan efektivitas
yang positif (cenderung memilki emosi postif).
Farh,
Podsakoff, and Organ (1990) menemukan bahwa OCB berhubungan
dengan kepuasan kerja dan komitmen organisasi di Nigeria.
Penilaian perilaku organisasi tidak bergantung pada
hasil dari perilaku tersebut bila individu hanya melakukan dalam satu
kesempatan. Penilaian perilaku organisasi dapat dilihat jika individu
melakukannya secara berulang.
Persyaratan
dalam OCB menurut Organ’s (1997) : OCB berisi mengenai perilaku secara
menyeluruh, melibatkan waktu dan individu serta harus berkonstribusi terhadap
efektivitas organisasi. Tidak semua perilaku OCB membuahkan hasil terhadap
perilaku seseorang, contohnya : saya menawarkan bantuan kepada rekan kerja saya
tetapi tidak membuahkan hasil pada kinerja rekan saya, namun dari perilaku saya
yang menawarkan bantuan kepada rekan kerja saya itu sudah membuat pengaruh
positif terhadap rekan kerja saya dan jika karyawan lain sering menawarkan
bantuan kepada rekan kerja saya itu akan menghasilkan keefektifan dalam
organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Schmitt, N., W., & Highhouse Scott.
(2013). Hand Book of Psychology: Volume
12 Industrial and Organizational Psychology. Canada: John
Wiley & Sons, Inc.
Spector, P., E. (2012). Industrial and Organizational Psychology: Research & practice.
Florida: John Wiley & Sons, Inc.
Robbins, S., P., & Judge, T., A. (2013). Organizational Behavior. America: Pearson Education, Inc., publishing as Prentice Hall
.
Komentar
Posting Komentar