PSIKOLOGI BISNIS. PBC#6



PERAN MOTIVASI DAN EMOSI TERHADAP GOAL SETTING

GOAL SETTING
Saya adalah Mahasiswa S1 fakultas Psikologi Universitas Pancasila. Tujuan terbesar dalam hidup saya adalah ingin menjadi seorang psikolog atau menjadi dosen. Jika saya ingin mejadi psikolog atau dosen saya harus melanjutkan studi saya. Saya ingin melanjutkan S2 saya di UGM, UNPAD atau UI. Tetapi sebelum saya melanjutkan S2 saya ingin bekerja selama 2-3tahun di Instansi sesuai dengan gelar yang saya raih  . Dengan tujuan hidup yang telah saya rencanakan maka saya harus bekerja keras demi mencapai semuanya dengan cara berprestasi dalam akademik maupun non akademik dan saya juga tidak boleh patah semangat dan selalu berdoa.
Pada analisis Goal Setting saya akan melibatkan Emotional Quotient (EQ), Adversity Quotient (AQ) and Grit. Setiap individu pasti memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Keunikan dalam diri manusia ada yang nampak dan ada yang tidak terlihat. Keunikan manusia yang tidak terlihat contohnya adalah motivasi, Konsep diri (self concept) dan ketahanan diri (resilience). EQ dan Eq sangat berperan dalam meraih goal setting. Ketika individu mampu mengetahui keunikan dalam dirinya maka ia bisa menganalisis tentang kemampuan yang ia punya dan ini disebut sebagai Intrapersonal Skill. Dan ketika individu dapat menganalisi kemampuan dalam dirinya, individu akan mulai menjalin hubungan dengan orang disekitarnya dan ini disebut sebagai interpersonal skill. 

Emotional Quotient (Kecerdasan Emosi)
            Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi serta menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial. (Goleman, 1955). Goleman (1995) Mengatakan Ada 5 wilayah kecerdasan emosi: Mengenali emosidiri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenal emosi orang lain, dan membina hubungan. Setiap individu dalam suatu organisasi memiliki emosi yang baik, cenderung memiliki kemauan dan meningkatkan kualitasnya dalam bekerja (Goleman, 2000). Goleman (1997) mengatakan bahwa emosi berperan besar terhadap suatu tindakan bahkan dalam pengambilan keputusan “rasional”.  Kecerdasan emosional yang tinggi akan membantu individu dalam mengatasi konflik secara tepat dan menciptakan kondisi kerja yang menggairahkan sehingga menghasilkan prestasi kerja yang tinggi pula. Sedangkan kecerdasan emosional yang rendah akan berdampak buruk pada mereka, karena individu kurang dapat mengambil keputusan secara rasional dan tidak bisa menghadapi konflik secara tepat.

Saya mendapatkan kuesioner mengenai EQ dan hasil perhitungannya adalah
Skala 1 : Kesadaran Emosi Diri
Dari perhitungan yang telah saya lakukan Kesadaran Emosi Diri 60,60% yang artinya sebanyak 60,60% saya sadar akan emosi yang sedang saya alami. Dan 39,4% saya kesadaran emosi yang belum saya ketehaui.


Skala 2 : Pengendalian Emosi
Pengendalian Emosi saya sebanyak 48,14% yang artinya saya masih kurang dalam bisa mengendalikan emosi diri saya yaitu 51,86%. Ini merupakan kelemahan saya karna angka yang saya dapatkan paling kecil dari skala 1 dan skala 3. Dengan ini saya harus bisa lebih mengendalikan emosi saya untuk mencapai goal setting.
Skala 3 : Kesadaran Emosi Orang Lain
Kemampuan dalam kesadaran Emosi Orang Lain yaitu 56,41% berarti saya baru mampu memahami emosi pada diri orang lain sebanyak 56,41% dan masih kurang 43,59%.

Test DISC Behaviour
Hasil test yang saya lakukan dengan mengisi kuesioner adalah saya lemah di Dominance dan saya kuat di Compliance.
Dengan gambaran
Lemah dominance :
Tidak tegas, lembut/penurut, tidak menuntut, hati-hati/waspada, konservatif, mudah terintimidasi, takut, ragu-ragu, rendah hati, murah hati, damai, rela berkoban, malu-malu, sederhana, bersahaja, tidak yakin.
Kuat comlpiance:
Akurat, teliti, sesuai aturan, tunduk/patuh, logis, perfectsionis, tepat, sistematis, mudah menyesuaikan, waspada, konservatif, diplomatis, disiplin, suka mengelak, sangat bergantung, rasional, tidak menonjolkan diri, sensitif pada kesalahan, khawatir.

Dalam hasil test tersebut saya harus lakukan:
ü  Mencoba untuk tidak terlalu kaku
ü  Ceritakan pikiran dan persaan selain berbicara tentang fakta
ü  Mencoba untuk lebih fleksibel

Adversity Quotient (AQ)
AQ adalah bentuk respon individu terhadap kesulitan dan pengendalian terhadap respon yang konsisten tidak terlepas dari bagaimana individu menyikapi situasi yang menekan dalam kehidupannya (Stotlz, 2000).  AQ sangat berperan dalam motivasi hal ini dibuktikan dengan adanya sejumlah penelitian.  Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati yang mengatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara Adversity Quotient dan Motivasi.
Dalam mencapai sesuatyu yang saya inginkan saya selalu berusaha yang terbaik untuk mendapatkannya, dan saya adalah pribadi yang patang menyerah. Walau kadang saya merasa kecewa jika hal yang saya inginkan tidak dapat saya capai, tapi hal tersebut malah menambah motivasi dalam mencapai hal yang lebih baik. Saya merupakan Individu yang mempunyai Tipe kepribadia A yang mana saya sangat gigih dalam melakukan sesuatu, saya selalu merencankan dengan baik, dan saya tidak suka menunda tugas. Kelemahan saya adalah saya sangat gampang sekali mengalami stress, saya selalu memikirkan masalah yang terjadi dalam hidup saya, masalah kecilpun akan membuat saya stress. Jika saya sedang stress saya suka mendengarkan musik itu sedikit membantu suasana hati saya. Dan jika stress yang saya alami sudah sangat berat saya suka untuk pergi jalan-jalan bersama sahabat saya. Tetapi saya juga tidak lupa untuk menyelesaikan masalah yang membuat saya stress. Dengan begitu tujuan hidup saya akan terus berjalan.
Grit
McClelland (1961) mengartikan grit sebagai dorongan untuk menyelesaikan tujuan. (Grit also differs from need for achievement, described by McClelland (1961) as a drive to complete manageable goals that allow for immediate feedback on performance)
Grit adalah ketekunan (perseverance) dan semangat (passion) untuk tujuan jangka panjang.
4 Area Grit menurut Duckworth:
1.     Minat yang menggairahkan (Passion)
2.     Lihatkemunduran (setback sebagai prasyarat kesuksesan)
3.     Cara membuat pekerjaan menjadi bermakna
4.     Percaya bahwa setiap individu dapat berubah dan bertumbuh

Melanjutkan S2 adalah tujuan dari hidup saya, dalam mencapai hal tersebut saya harus berusaha dengan tekun dengan cara berprestasi dalam bidang akademik dan nonakademik. Dalam meraih prestasi , kadang saya  berada di atas dan kadang menurun. Pada saat prestasi saya menurun saya berusaha untuk mencari apa masalah yang membuat prestasi saya menurun. Jika sudah menemukan masalahnya saya mencoba menjadi lebih baik lagi. Saya menyusun rencana-rencana dalam menangani masalah-masalah saya, walau kadang ada rencana yang tidak saya lakukan. Tetapi saya selalu mencoba untuk lebih baik dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Schmitt, N., W., & Highhouse Scott. (2013). Hand Book of Psychology: Volume 12 Industrial and Organizational Psychology. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Spector, P., E. (2012). Industrial and Organizational Psychology: Research & practice. Florida: John Wiley & Sons, Inc.

Robbins, S., P., & Judge, T., A. (2013). Organizational Behavior. America: Pearson Education, Inc., publishing as Prentice Hall .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOLOGI BISNIS 2. PB2C#1

PSIKOLOGI UMUM I ( PSIUM1#3)

PSIKOLOGI BISNIS 2. PB2C#2